Powered By Blogger

Cari Blog Ini

hikmah

Jumat, 26 Maret 2010

auguste comte

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT atas segala syafa’at dan karunianya. sholawat serta salam semoga selalu mengalir kepangkuan baginda nabi agung Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya dan shahabat-shabatnya.

Dalam makalah ini kelompok kami akan memaparkan mengenai tokoh-tokoh sosiologi yang kami susun berdasarkan pembagian kelompok yang telah ditetapkan. Betapa pentingnya ketika kita memelajari ilmu sosiologi kita mengenal para tokoh-tokohnya beserta gagasan-gagasan yang dikelurakan pada masanya masing-masing tokoh. Disamping gagasan-gagasan para tokoh kita juga mencantumkan biografi tokoh masing-masing yang mungkin bisa mengenalkan kita lebih jauh dan tentu setelah kita mengenal tokoh-tokoh sosiologi tersebut akan memepermudah dalam mempelajari teori-teori dan pemikiran masing-masing tokoh. Dalam makalah ini kami sertakan power point yang mungkin bisa membantu kita dalam mengambil hal-hal pokok dari uraian biografi maupun gagasan-gagasan pada makalah.

Terima kasih kami haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah pengantar sosiologi yang telah berbagi tugas kepada kami, dan tak lupa kepada semua teman-teman yang merelakan waktunya untuk penyelesaian tugas makalah dan power point ini. Adapun dalam penyusunan makalah maupun power point ini terdapat banyak kecacatan yang mungkin dari kelompok kami dengan sengaja ataupun tidak sengaja dengan senang hati kami mengharap saran dan kesannya demi perbaikan makalah ini.

Yogyakarta, 2 maret 2010

penulis

Auguste comte (1798-1857)

Biografi Aguste Comte

Auguste Comte lahir di Mounpelier, perancis, 19 januari 1798 (pickering, 1993 :7). Orang tuanya berstatus menengah dan ayahnya kemudian menjadi pejabat local kantor pajak. Comte mengawini Carrolin Massin , seorang pelacur miskin . perkawinanya berlangsung dari 1825 hingga 1841. Kegelisahan pribadinya bertolak belakang dengan keyakinanya yang sangat besar terhadap kapasitas intilektualnya dan keyakinya itu seolah-olah mencerminkankepercayaan diri yang mantap.

Comte terkenal mempunyai daya ingat luar biasa. Berkat daya ingatnya yang sepereti fotografi tu ia mampu menceritakan kembaki kata-kata yang tertulis di satu halaman buku yang hanya sekali saja dibaca kemampuan berkonsentrsinya sedemikian rupa sehingga ia mampu mengungkapkan keseluruhan isi sebuah buku yang akan ditulisnya tanpa harus menulisnya.pada tahun 1873 Comte berkonsentrasi menulis 6 jilid buku yang membuatnya sangat terkenal , berjudul Cour de Philosopie positive, yang akhirnya diterbitkan secara utuh pada tahun 1842 (jilid pertama telah diterbitkan pada tahun 1830).dalam karyanya itu Comte menuliskan pemikiran filsafatnya bahwa sosiologi adalah ultimate science. Sekitar tahun 1851 ia menyelesaikan 5 jilid karyanya yang berjudul systeme de politique positive, yang mengandung pemikiran lebih praktis dan menawarkan rencana besar untuk mereorganisasi masyarakat.baru sesudah tahun 1838 ia memulai membangun gagasan aneh tentang reformasi sosial yang menemukan pengungkapanya dalam sisteme de politique positive. Comte mengkhayalkan dirinya sebagai pendeta agama baru kemanusiaan. Yang sangat menarik, meski gagasanya itu keterlaluan , Comte akhirnya mendapat sejumlah besar pengikut di perancis dan di beberapa negara lain. Comte meninggal 5 september 1857.[1]

Gagasan Auguste Comte

Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi. Pengaruhnya besar sekali terhadap para teoritisi sosiologi selanjutnya (terutama Herbert Spencer dan Emile Durkeim). Ia yakin bahwa study sosiologi akan menjadi ilmiyah sebagaimana keyakinan sosiolog kontemporer (lenzer, 1975)

Menurut studi sosilologi di Eropa di katakan bahwa orang pertama yang memahami, merumuskan buah pikiranya sosiologi adalah Aguste Comte, beliau adalah seorang ahli filsafat perancis yang hidup pada permulaan abad 19 (17-1857).

Dunia ilmu pegetahuan menamakan Aguste Comte sebagai Bapak sosiologi , karena comtelah yang mengusulkan agar ilmu yang baru tersebut diberi nama sosiologi . namun walaupun zaman Aguste Comte telah merupakan suatu konsesus sebagai patokan awal perkembangan sosiologi, tapi ada beberapa ahli menyebutkan bahwa sebelum Comte, ada beberapa orang, antara lain yaitu Plato, yang hidup 429-347 sebelum masehi telah mencoba menelaah masyarakat secara sistematis.

Pemikiran filsafat positivisme merupakan bentuk perkembangan akal manusia, yang menurut Auguste Comte (1798-1857) merupakan perkembangan ketiga dari perkembangan akal manusia. Ia menyatakan bahwa perkembangan akal manusia berkembang dalam tiga tahap pemikiran: tahap teologi, tahap metafisik, serta tahapan riil atau positif. Dalam tahap teologi, manusia mencari kebenaran atas berbagai fenomena yang ada di sekelilingnya, mulai tahap politeisme (keyakinan atas dewa-dewa) hingga monoteisme (keyakinan atas Tuhan yang Maha Esa). Tahap kedua adalah tahap metafisik, dimana manusia mulai menyandarkan kepada kemampuan analis dan logika abstrak dan menolak kebenaran atas kekuatan magis. Hal ini muncul pada masa Renaissance. Kebenaran logika abstrak mulai ditinggalkan oleh manusia ketika manusia mulai mencari sesuatu yang bersifat positif, nyata, riil, serta rasional. Tahap inilah yang disebut sebagai tahapan positif yang melahirkan pemikiran positivisme. Pemikiran Comte tersebut mendukung faham empirisme yang sangat menjunjung nilai-nilai kepastian.

Sosiologi menurut Comte adalah bentuk nyata ilmu yang nyata atau positif, selain matematika, astronomi, fisika, kimia, dan biologi. Pemikiran filsafat positivisme Comte tersebut

mempengaruhi perkembangan ilmu hukum yang melahirkan konsep positivisme hukum.

Pemikiran filsafat positivisme menolak segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara nyata atau empirik atau konkrit dan positif adanya. Sesuatu yang bersifat abstrak, tidak nyata, tidak positif, seperti moral, keadilan adalah tertolak. Moral dan keadilan bukanlah hal yang nyata, keduanya tidak dapat diukur, tidak memiliki standar yang jelas, oleh karena itulah moral dan keadilan sulit diterima secara nyata, positif, juga empiris. Mengingat yang benar adalah sesuatu yang bersifat konkrit, positif, terstandar, empirik, dan dapat diukur dengan jelas, maka hukum juga harus memiliki standar yang jelas, baku, empiris (nyata) dan positif tentu saja, dalam hal ini kesemua itu dipenuhi oleh hadirnya Undang-undang. Nyata undang-undang itu ada, masalah adil atau tidak, itu bukanlah urusan hukum, karena keadilan tidak dapat diukur.

Comte memang dijuluki sebagai Bapak Positivisme. Dialah yang memperkenalkan istilah ‘positivisme’, Positivisme menentang metafisika karena menjelaskan fakta atau kebenaran dengan tidak mendasarkan diri pada fakta yang teramati. Menurut positivisme, fakta atau kebenaran adalah sesuatu yang bisa diuji dengan inderawi. Hanya ilmu pengetahuan yang paling sahih dalam menjelaskan kenyataan atau fakta yang teramati. Pendapat semacam itu membuat positivisme dekat dengan empirisisme. Namun, empirisisme masih menerima kebenaran yang didapat dari pengalaman subyektif yang bersifat rohani.[2]



[1] George Ritzer dan Douglas, teori sosiologi modern, (jakarta: kencana , 2008)

[2] F. Budi Hardiman, “Filsafat Modern Dari Machiavelli sampai Nietzsche’, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hlm. 204-205.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar yuk bro....